BAB
I
BENTUK-BENTUK
KARANGAN
Menurut Leihana (2008: 4) karangan,
menurut bentuknya terbagi dalam tiga macam, yaitu prosa, puisi dan drama. Prosa
adalah karangan yang disusun dalm bentuk bebas dan terperinci. Prosa terbagi
menjadi fiksi dan prosa non fiksi. Prosa fiksi, yaitu karangan yang disusun
berdasarkan imajinasi. Contohnya, novel dan cerpen. Prosa nonfiksi, yaitu
karangan yang disusun berdasarkan kenyataan (fakta) yang sesungguhnya.
Contohnya, laporan dan biografi. Puisi adalah karangan yang mengutamakan irama,
rima dan kepadatan makna. Sedangkan drama adalah karangan yang berbentuk
dialog-dialog.
1.
Karangan
Prosa
Menurut Jurnal (dalam http://jurnalapapun.blogspot.co.id)
Prosa adalah karangan bebas, maksudnya adalah menulis prosa tidak terikat oleh
banyak baris, banyaknya suku kata, dalam setiap baris serta tak terikat oleh
irama dan rimanya seperti dalam puisi. Prosa adalah hasil karya sastra yang
bersifat paparan atau bentuk cerita.
Menurut Leihana (2008: 4-5)
mengungkapkan bahwa karangan berbentuk prosa mempunyai beberapa jenis.
Diantaranya prosa fiksi dan prosa nonfiksi. Prosa fiksi, yaitu karangan yang
dibuat tidak berdasarkan kenyataan yang benar-benar terjadi atau berdasarkan
khayalan penulisnya. Sedangakan prosa nonfiksi, disusun berdasarkan kenyataan
yang benar-benar terjadi. Akan tetapi, keduanya digolongkan karya tulis.
Adapun karya tulis merupakan bentuk
karangan yang mengungkapkan ide, pikiran dan perasaan penulisnya (pengarang)
dalam satu kesatuan tema yang utuh karangan yang terbentuk dapat dibedakan
menjadi:
·
Narasi merupakan
bentuk wacana yang menyajikan objek atau peristiwa seolah-olah dialami sendiri
pembaca.
·
Deskripsi merupakan
bentuk wacana yang berusaha menggambarkan objek apa adanya sehingga pembaca
seolah-olah melihat sendiri objek dan peristiwa di depan matanya sendiri.
·
Eksposisi
merupakan bentuk wacana yang menguraikan suatu objek sehingga dapat memperluas
wawasan, pengetahuan, dan pandangan pembacanya.
·
Argumentasi
merupakan bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenran pendapat atau
pandanagan penulisnya kepada pembaca, sehingga pembaca terpengaruh oleh
tulisannya itu.
·
Persuasi
merupakan bentuk wacana yang mengajak atau membujuk pembacanya.
Karya tulis yang digolongkan sebagai
karya ilmiah merupakan karangan yang didasarkan pada kegiatan ilmiah. Yang
dimaksud dengan kegiatan ilmiah seperti berupa penelitian laporan, percobaan
laboratorium, atau bisa juga telaah buku. Sebuah tulisan karya tulis ilmiah
apabila mengandung unsur-unsur berikut:
·
didasarkan pada
fakta, bukan khayalan atau pendapat pribadi,
·
disajikan secara
objektif atau apa adanya,
·
menggunakan
bahasa yang lugas dan jelas, serta menghindari makna yang sifatnya konotatif atau
ambigu (mempunyai makna ganda).
Langkah-langkah
menulis karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut:
·
menentukan topik
atau masalah yang akan dibahas,
·
menentukan tujuan pembahasan,
·
mengumpulkan bahan,
·
membuat
kerangka tulisan,
·
menyusun tulisan
atau mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah tulisan yang utuh dan
lengkap.
A. Prosa Fiksi
Prosa fiksi, yaitu karangan yang
dibuat tidak berdasarkan kenyataan yang benar-benar terjadi atau berdasarkan
khayalan penulisannya (Leihana, 2008: 4). Dalam dunia penulisan, cerita fiksi
terbagi menjadi tiga jenis, yakni cerpen, novel, dan novelet (Mabroer, 2007:
50).
a.
Cerpen
Menurut Leihana (2008,
15) mengungkapkan bahwa:
Cerpen (cerita pendek)
adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Cerpen merupakan penggalan
peristiwa hidup seseorang, baik yang mengharukan, menyedihkan, menggembirakan,
atau berupa pertikaian, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan.
Ketika menulis cerpen
hendaknya memperhatikan alur, tokoh, latar, dan tema. Alur dalam cerpen tidak
terlalu rumit dan mengandung arti sebagai rentetan cerita yang didasari sebab
akibat. Tokoh yang dimunculkan hanya beberapa orang. Latar dilukiskan terbatas
dan sebentar. Temanya hanya mengungkap permasalahan sederhana.
Ciri-ciri
cerpen:
· Ceritanya
fiktif dan rekaan. Walaupun bukan cerita yang sebenarnya, isi ceritanya logis
dengan kehidupan sebenarnya.
· Pokok
cerita berfokus pada satu aspek cerita yang menimbulkan efek dan kesan tunggal.
· Mengungkapkan
masalah yang terbatas pada hal-hal penting saja.
· Meyajikan
peristiwa yang cermat dan jelas.
b.
Novel
Menurut
Kosasih (2007: 83-84) mengemukakan bahwa:
Novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti “sebuah barang baru yang kecil”.
Kemudian, kata itu diartikan sebagai sebuah karya sastra dalam bentuk prosa. Novel
adalah karya imajinatif yang mengisahkan
sisi utuh permasalahan kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Kisah
novel berawal dari kemunculan suatu persoalan yang dialami tokoh hingga tahap
penyelesaian.
Struktur
intrinsik novel adalah sebagai berikut:
a. Tema
Tema merupakan inti atau pokok persoalan yang
menjadi dasar pengembangan cerita. Teme menyangkut segala persoalan, baik
masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya.
b. Alur
Alur (plot)
merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat.
c. Latar
Latar atau setting
meliputi tempat, waktu, dan suasana yang digunakan dalam cerita. Latar
berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas jalannya cerita.
d. Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan
mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
e. Point of view atau Sudut Pandang
Point of view adalah posisi pengarang dalam membawakan
cerita. Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam:
1)
Berperan
langsung sebagai orang pertama, atau sebagi tokoh yang terlihat dalam cerita
yang bersangkutan.
2)
Hanya sebagai
orang ketiga yang berperan sebagai pengamat (diluar cerita).
f. Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Amanat rapi dan
disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita. Oleh karena itu, untuk
menemukannya, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf saja, melainkan
harus menghabiskannya sampai tuntas.
g. Gaya
Bahasa
Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk
menciptakan suatu nada atau suasana persuasif, serta merumuskan dialog yang
mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesame tokoh. Kemampuan sang
penulis mempergunakan bahasa secara cermat dapat menjelmakan suatu suasana yang
berterus-terang atau satiris, simpatik atau menjengkelkan, dan objektif atau
emosional. Bahasa dapat menimbulka suasana yang tepat guna bagi adegan yang
seram, adegan cinta, peperangan, dan sebagainya.
Menurut Leihana (2008:
17) selain unsur intrisik, dalam novel dikenal pula unsur ekstrinsik, yaitu
unsur-unsur luar yang berpengaruh terhadap penciptaan suatu bentuk novel.
Unsur-unsur ekstrinsik tersebut adalah sebagai berikut:
a. Latar
belakang pengarang, yang mempengaruhi karya sastranya.
b. Keadaan
sosial budaya ketika sastra itu diciptakan.
c. Novelet
Menurut Mabroer (2007:
57) Berbeda dengan cerpen dan novel, novelet (novella atau novelet) berada di
posisi tengah-tengah di antara novel dan cerpen. Meskipun demikian, tidaklah
jelas panjang dan elemen cerita yang ada dalam novelet ketika dibandingkan
dengan kedua genre fiksi sebelumnya. Novelet
biasanya berkisar 10.000 sampai 50.000 kata. Novelet memberikan ruang yang
cukup bagi penulis untuk mengemukakan yang ingin ia sampaikan dan menyajikannya
dengan ruang yang dramatisasi yang cukup. Panjang maksimalnya yang 50.000 kata
itu paling tidak telah memeberikan sugesti kepada penulis untuk jujur saja pada
kemampuannya. Artinya, penulis tidak akan tergoda menulis secara bertele-tele
demi menghasilkan karangan sepanjang novel.
B.
Prosa
Nonfiksi
Prosa nonfiksi, yaitu karangan
yang disusun berdasarkan kenyataan (fakta) yang sesungguhnya (Leihana, 2008:
4). Prosa Non Fiksi ialah karangan yang tidak
berdasarkan rekaan atau khayalan pengarang tetapi berisi hal-hal yang
berupa informasi faktual (kenyataan) atau berdasarkan pengamatan
pengarang. Prosa nonfiksi disebut juga karangan semi ilmiah seperti : teks berita, biografi, dan laporan kegiatan (http://mahniar21.blogspot.co.id).
Menurut Leihana (2008, 40-42) mengungkapkan bahwa:
1. Teks Berita
Berita adalah
keterangan atau kabar tentang kejadian atau peristiwa yang menarik, luar biasa,
dan terkini. Tidak semua kejadian atau peristiwa layak dijadikan berita.
Peristiwa yang masih terjadi di lapangan dan belum dilaporkan tidak bisa
dikatakan sebagai berita. Sebuah teks berita yang hendaknya memuat tentang apa, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana,
peristiwa dalam berita itu terjadi.
2.
Biografi
Biografi merupakan
bentuk karya sastra yang berupa buku tentang uraian riwayat hidup seorang
tokoh. Misalnya, biografi Soekarno,
biografi Habiebie atau biografi tokoh-tokoh lainnya seperti artis
legendaries, atlet, dll. Isi tentang ulasan biografi seseorang biasanya
mengemukakan:
· judul
biografi,
· hal
menarik dan mengesankan dari perjalanan hidup tokoh,
· hal
yang mengagumkan dan mengharukan dari kehidupan tokoh,
· hal
yang dapat dicontoh dari tokoh untuk kehidupan sehari-hari,
· sikap,
gagasan, dan tindakan yang disukai tokoh.
3.
Laporan
Kegiatan
Dalam
pengertian umum, laporan bermakna sebagai sesuatu dilaporkan, atau nama lainnya
adalah berita. Laporan dapat diartikan pula sebagai jenis dokumen yang berisikan
papaparan peristiwa atau kegiatan yang telah dilakukan oleh seseorang atas
dasar tanggung jawab yang dibebankan itu.
Ciri-ciri laporan yang baik adalah:
·
Ditulis dalam
bahasa yang baik dan jelas serta tidak menimbulkan salah pengertian bagi pembacanya.
·
Disertakan
fakta-fakta yang akurat dan meyakinkan.
·
Disajikan dengan
lengkap.
·
Menarik dan enak
dibaca.
Berdasarkan jenisnya,
jenis laporan terdiri dari laporan buku, laporan
diskusi, laporan perjalanan, dan laporan
peristiwa.
Laporan
buku merupakan bentuk
penyajian kemampuan seseorang dalam membaca dan memahami sebuah buku. Laporan
buku sering kali disebut sebagai resensi atau tinjauan buku. Hal-hal yang
dilakukan meliputi:
· Sistematika
dan format penyajian buku.
· Penggunaan
bahasa.
· Konsep,
teori, pendapat.
· Manfaat
buku bagi pembaca.
Laporan
diskusi merupakan bagian dari kegiatan berdiskusi setelah
melakukan diskusi, biasanya notula diskusi diharuskan melaporkan hasil diskusi
dalam bentuk laporan diskusi. Hal yang dilaporkan meliputi:
· Judul
diskusi.
· Latar
belakang, tujuan dan tema diskusi.
· Waktu
dan tempat diskusi.
· Pelaku
diskusi.
· Hasil
diskusi.
· Kesimpulan
diskusi.
Laporan
perjalanan adalah salah satu jenis laporan yang
mengungkapkan kegiatan perjalanan,
misaalnya perjalanan dinas, perjalanan wisata, ekspedisi, dan lain-lain.
Laporan perjalanan diungkapkan dengan bahasa yang baik dan jelas mengungkapkan
fakta, menarik untuk dibaca, dan hendaknya juga memuat tentang maksud dan
tujuan perjalanan, waktu dan tempat, kegiatan yang dilakukan selama perjalanan,
serta hasil dan kesimpulan perjalanan.
2.
Puisi
Menurut
Kosasih (2008: 17-18) mengemukakan bahwa:
Berdasarkan
periode perkembangannya, puisi Indonesia dikelompokkan ke dalam puisi lama dan
puisi baru. Puis-puisi yang mungkin pernah Anda temukan di surat kabar atau
majalah tergolong ke dalam puisi baru atau puisi modern. Hal tersebut tampak
dari bentuknya yang tidak terikat oleh ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam
puisi lama.
Puisi
lama terikat oleh berbagai ketentuan, seperti banyaknya larik setiap bait,
banyaknya suku kata dalam setiap larik, ataupun pola rimanya.
Ketentuan-ketentuan tersebut berbeda antara jenis puisi lama yang satu dengan
puisi lama lainnya. Misalnya, antara pantun dengan syair. Keduanya merupakan
puisi lama yang memiliki karakteristik berbeda.
Ketentuan-Ketentuan
Pantun dan Syair
a.
Pantun
Pantun merupakan puisi yang memiliki
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) Terdiri
atas empat baris.
2) Setiap
baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata.
3) Dua
baris pertama merupakan sampiran dan dua baris berikutnya merupakan isi pantun.
4) Pantun
mementingkan rima akhir dengan pola a-b-a-b. Bunyi akhir pertama sama dengan
bunyi akhir baris ketiga dan baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat.
Contoh:
Buah kecapi buahnya pahit
Buah papaya penyan airnya
Biar ilmu setinggi langit
Kalau tak sembahyang apa gunanya
3.
Naskah
Drama
Menurut Leihana (2008:
26) drama adalah karya sastra dalam bentuk naskah yang dapat diapaparkan dengan
perbuatan, tingkah laku, mimik (gerak-gerik muka, tutur kata dan isyarat).
Karena drama merupakan gabungan seni sastra dan seni pentas. Naskah drama
sebagian besar adalah kalimat langsung, yang dilengkapi dengan penjelasan
tentang sikap, gerak, latar, dan cara pengungkapan yang diakukan pelaku. Naskah
drama biasa dibutuhkan untuk kepentingan pentas drama teater sampai naskah
skenario untuk perfilman, dan kebutuhan hiburan lainnya.
Menuurut Kosasih (2007:
133-136) unsur-unsur intrinsik drama:
1. Alur
Alur
merupakan rangkaian peristiwa dan konflik yang menggerakan jalan cerita melalui
rumitan ke arah klimaks dan akhirnya penyelesaian. Jenis-jenis alur adalah
sebagai berikut:
a.
Alur
maju: penceritaan rangkaian peristiwa dari peristiwa
paling awal sampai peristiwa terakhir.
b.
Alur
mundur: penceritaan rangkaian peristiwa dari peristiwa
paling akhir kemudian berbalik ke perisyiwa yang paling awal.
c.
Alur
campuran: perpaduan antara alur maju dan alur mundur di dalam
suatu cerita.
Sebuah cerita drama bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu bagian tengah, dan akhirnya menuju suatu akhir. Dalam drama, bagian-bagian ini
dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan
resolusi (denouement).
a. Eksposisi dalam
cerita berfungsi menentukan aksi dalam waktu dan tempa; memperkenalkan para
tokoh, menyatakan situasi cerita, mengajukan konflik yang akan dikembangkan
dalam bagian utama cerita, dan adakalanya membayangkan resolusi yang akan
dibuat dalam cerita tersebut.
b. Komplikasi atau
bagian tengah cerita berfungsi mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku
utama menemukan rintangan-rintangan antara dirinya dan tujuannya. Dia mengalami
kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menanggulangi rintangan-rintangan ini.
Pengarang dapat mempergunakan teknik flash-back
atau sorot balik untuk memperkenalkan penonton dengan masa lalu sang
pahkawan, menjelaskan suatu situasi, atau untuk memberikan motivasi atas
aksi-aksinya.
c. Resolusi atau
denouement hendaklah muncul secara
logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi. Titik batas
yang memisahkan komplikasi dan resolusi disebut klimaks (turning point). Dalam klimaks itulah terjadi perubahan
penting mengenai nasib sang tokoh. Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita
bergantung pada sesuai-tidaknya perubahan itu dengan yang mereka harapkan.
Konflik
dapat ditemukan dalam dialog-dialog para tokohnya. Denagn memahami maksud dan
tindak tutur dari tokoh-tokoh itulah, anda dapat mengetahui bentuk dan
intenitas konflik yang terdapat dalam setiap adegan drama tersebut.
2.
Penokohan
Penokohan
adalah
penggambaran watak tertentu dari setiap tokoh. Adapun yang dimaksud tokoh
adalah orang-orang yang berperan dalam suatu drama. Berdasrkan perannya
terhadap jalan cerita, tokoh dibedakan atas tiga macam:
a. Tokoh protagonis:
tokoh
yang mengandung cerita. Dalam drama, biasanya ada satu atau dua figure tokoh
yang berperan sebagai tokoh utama. Tokoh tersebut paling banyak muncul dalam
berbagi adegan dengan karakter yang pada umumnya baik. Oleh karena itu, tokoh
protagonis sering pula disebut tokoh baik.
b. Tokoh antagomis:
tokoh
penentang cerita atau penggangu bagi tokoh protagonis. Tokoh ini pun banayak
muncul dalam berbagai adegan dengan karakter yang pada umumnya jahat. Oleh
karena itu, tokoh protagonis sering pula disebut sebagai tokoh jahat.
c. Tokoh
tritagonis: tokoh pembantu, baik bagi tokoh protagonis
maupun tokoh antagonis. Tokoh tritagonis disebut tokoh figuran.
3.
Latar
Latar adalah keterangan mengenai tempat, ruang,
waktu, dan suasana cerita dalam drama.
a. Latar tempat: misalnya
penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama, di medan perang, di meja
makan, dan sebagainya.
b. Latar waktu: penggambaran
waktu kejadian di dalam naskah drama, misalnya pagi hari pada tanggal 17
Agustus 1945, dan sebaginya.
c. Latar suasana/
budaya: penggambaran suasana atau budaya yang
melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa, misalnya dalam budaya
masyarakat betawi, melayu, dan sebagainya.
4. Tema
Tema
adalah gagasan yang menjalin struktur isi drama. Tema dalam drama
menyangkut segala persoalan, baik berupa masalh kemanusiaan kekuasaan, kasih
sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema drama Anda perlu
mengapresiasi menyeluruh berbagai unsur di dalam dramanya. Tema jarang
dinyatakan secara tersurat. Untuk dapat merumuskan tema, Anda juga harus memahami drama itu secara
keseluruhan.
BAB II
PROSES PENULISAN
1.
Menulis Karangan Prosa Fiksi
Menurut Leihana (2008: 6-10)
mengungkapkan bahwa:
Saat menulis cerita, hal-hal yang harus
dilakukan adalah mencari tahu berapa banyak yang perlu diketahui bahan baku
untuk berita yang akan dibuat. Jika kita bersungguh-sungguh tertib dalam
menceritakan berbagai kejadian dengan benar-benar berdasrkan ingatan,
penelitian, tanpa berkeinginan mereka-reka sesuatu, atau bahkan tidak ingin
melebih-lebihkan dan memperindah, atau memelintir perinciannya, maka tulisan
yang akan dibuat adalah karangan nonfiksi.
Jika sebaliknya, karangan yang dibuat
mengubah berbagai macam hal, membesar-besarkan dan mempercantiknya, bahkan
memperkenalkan berbagai tokoh, tempat kejadian yang tidak ada hubungannya
dengan bahan awal cerita. Dalam hal ini tulisan yang dibuat adalah karangan
fiksi. Karangan fiksi dimulai dengan sesuatu yang nyata, tetapi untuk tujuan
tertentu mengubah paling sedikit satu unsur penting dalam cerita.
2.
Menulis
Karangan Prosa Non Fiksi
Beberapa langkah mudah untuk menulis non
fikisi, mulai dari ide sampai menghasilkan tulisan dalam waktu singkat. Baik
itu untuk menulis artikel di majalah, koran, atau mungkin menulis nonfiksi.
Artikel yang bisa ditulis juga bermcam-macam, seperti resensi, artikel
perjalanan, feature khusus, sampai berbagai tips-tips praktis. Namun tidak
semua orang terbiasa menulis non fiksi. Di bawah ini adalah beberapa langkah
mudah untuk menulis non fiksi, mulai dari ide sampai mengahsilkan tulisan dalam
waktu singkat.
1. Temukan ide
Pertaama-tama
kita harus menemukan topik apa yang ingin kita tulis. Dengan menentukan topik
tertentu, berarti kita sudah mengetahui apa saja yang ingin kita sampaikan.
2. Lakukan riset
Setelah
mendapatkan ide, saatnya kita mencari bhan-bahan tulisan yang berkaitan dengan
ide tersebut. Kita bisa mendapatkan materi tulisan dari catatan pengalaman
riset yang kita lakukan sendiri, referensi dari buku, majalah atau koran, atau
dari internet.
3. Lakukan
brainstorming
Setelah
bahan atau materi referensi dirasa cukup, saatnya kita mengambil sehelai kertas
atau langsung mengetik di komputer ide apa saja yang ingin kita tulis. Tuliskan
semua ide yang muncul di kepala. Tidak perlu mengurutkan. Ide yang kita tulis
berupa kata kunci, frasa, fakta, atau pertanyaan penting tentang topik
tersebut.
4. Kelompokkan
ide-ide tersebut
Setelah
semua ide tersebut ditulis, kita dapat membaca ulang dan menyeleksi mana yang
akan dipertahankan, dibuang atau direvisi. Setelah itu kelompokkan ide yang
berkaitan dalam satu kelompok. Setiap kelompok merefleksikan satu pokok pikiran
yang akan kita tulis. Biasanya satu pokok pikiran ini akan menjadi satu bab
bila kita menulis dalm bentuk buku. Kita juga dapat memberi nama khusus untuk
masing-masing pokok pikiran, yang akan menjadi judul bab.
5. Urutkan
pokok-pokok pikiran tersebut
Setelah
kita mengelompokkan, urutkan semua pokok pikiran. Tentukan mana yang menjadi
bagian pembuka, isi dan penutup. Di sini, seakan kita membuat “daftar isi” dari
naskah yang akan kita tulis.
6. Cek kembali
pokok pikiran tersebut
Baca
kembali urutan pokok pikiran tersebut. Urutkan dan tambahkan keterangan
tambahan untuk detail bila diperlukan. Bila pokok pikiran memerlukan data
tambahan, lakukan riset lagi seperlunya.
7. Langkah
terakhir, mulailah menulis
Berdasrkan
catatan pokok pikiran tersebut, mulailah menulis. Buat transisi yang baik dari
pokok pikiran yang satu ke pokok pikiran yang lain beberapa langkah mudah untuk
menulis karya non fiksi. Langkah ini bisa diterapkan untuk karya non fiksi
apapun, termasuk karya ilmiah dan skripsi.
Menyusun
Kerangka Karangan
Untuk
membuat sebuah karangan baik fiksi maupun non fiksi agar lebih mudah terlebih dahulu
sebelum membuat karangan, buatlah kerangka karangan. Sebagaimana seorang
arsitek bangunan, sebelum bangunan itu dibuat terlebih dahulu arsitek akan
membuat rancangan kerangka bangunannya. Adapun kerangka karangan adalah suatu
rencana kerja yang memuat garis besar poko-pokok pikiran tulisan secara
lengkap.
Dibuatnya
sebuah kerangka karangan untuk mempermudah membuat tulisan karena kerangka
karangan memunyai fungsi yaitu:
·
Untuk menuliskan hal-hal yang dipikirkan oleh
penulis; mencakup tema, pokok-pokok pikiran utama yang akan dibuat dalam setiap
paragraf dan judul karangan sendiri.
·
Agar urutan hal
atau masalah yang akan ditulis runtut seseuai dengan alur karangan. Sehingga
karangan tidak melebar pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan karangan.
BAB
III
HUBUNGAN
MEMBACA DAN MENULIS
Menulis Karangan Itu
Tidak Sulit
Menurut Leihana (2008: 1-3) mengemukakan bahwa:
Menulis
merupakan salah satu aktivitas yang terkait dalam penggunaan bahasa Indonesia,
menulis sebuah karangan atau untuk kepentingan lainnya seringkali dianggap
sulit. Hal itu tidak lain karena menulis membutuhkan konsentrasi dan juga
terkadang imajinasi, untuk menuangkan sebuah ide atau pesan dalam bentuk
tulisan. Jangankan untuk menulis karangan cerita berlembar-lembar banyaknya,
untuk menulis sebuah surat banyak yang mengalami kesulitan. Tidak sedikit
pelajaran menulis karangan menjadi tugas yang ditakuti oleh mahasiswa. Pada
saat guru memberi tugas menulis karangan, pada umumnya mahasiswa lebih banyak
bengong daripada menuliskan kalimat-kalimat padaa buku catatan.
Sebenarnya
menulis karangan tidaklah sulit, ada juga yang merasa mudah dan senang
mengerjakan tugas menulis karangan. Apa yang menyebabkan menulis karangan
terasa mudah bahkan menyenangkan? Ternyata jawabannya sangat sederhana, yaitu
tingginya minat baca. Dengan minat baca yang tinggi, maka akan terbiasa melihat
rangkaian kalimat, dan rangkaian kalimat yang membentuk sebuah cerita. Ketika
harus menulis karangan, dengan mudah merangkaikan kalimat karena sudah terbiasa
dengan rangkaian kata dalam kalimat.
Rendahnya
membaca menjadi salah satu faktor yang membuat menulis karangan menjadi semakin
sulit. Padahal, pada saat ini menulis karangan sudah menjadi kebutuhan. Aktivitas
komunikasi saat ini pun melibatkan pekerjaan menulis karangan, misalnya menulis
surat, pesan singkat, telegram, dan lain lain. Bagi mahasiswa pun kemampuan
menulis menjadi salah satu kemampuan yang membantu setiap mata pelajaran.
Membaca Saudara Kembar Menulis
Sering
kali dalam menulis banyak orang kehabisan kata-kata, saat akan menuliskan atau
mengungkapkan sesuatu. Padahal ketika hendak menuangkan ide ke dalam tulisan,
kita sudah memiliki pokok-pokok pikiran yang siap kita kembangkan, namun kita
sudah kehabisan kata. Itulah pentingnya banyak memperkaya kata dengan banyak
membaca, oleh karena itu tidak salah jika katakan membaca adalah saudara kembar
menulis.
Bagaimana
memperkaya diri kita dengan sebanyak-banyaknya kata? Bagaimana membuat diri
kita bagaikan gudang atau kamus kata-kata? Bagaimana membuat diri kita dapat
ringan mengalirkan kata-kata yang dapat diwujudkan dalam bentuk tertulis? Lewat penelitian dan
rujukan yang sangat kaya Dr. Krashen akan menunjukkan kepada kita hubungan penting antara membaca dan menulis.
Dr.
Krashen meraih gelar doktor dibidang linguistik pada 1972 di University of
California Los Angeles (UCLA). Mengawali bukunya dengan pernyataan “Benarkan
Anda Krisis Melek Huruf?” Pertanyaan ini padahal ditujukan kepada masyarakat Amerika
yang maju. Selain ungkapan tersebut Dr. Krashen juga menyajikan solusi untuk
mengatasi masalah tersebut.
“Menurut
hemat saya, penyembuhan dari krisis kemampuan baca-tulis ini terletak pada
melakukan suatu kegiatan, kegiatan yang jarang dilakukan dalam kehidupan banyak
orang, yaitu membaca, khususnya saya merasakan membaca buku dalam jenis
tertentu yaitu membaca bebas dan sengaja disingkat MBS atau free Voluntary
Reading (FVR). MBS berarti anda menjalankan kegiatan membaca karena anda
menginginkannya.”
Setelah
menguaraikan gagasan pokoknya kemudian
menjelaskan tentang manfaat membaca dalam menulis dan hal-hal yang
mengelilinginya. Salah satunya bahwa gaya tulisan didapatkan dari membaca.
Secara sederhana apabila kita membaca untuk kesenangan, kita memperoleh secara
tidak sengaja, tanpa usaha yang dilakukan dengan sadar, maka kita akan menjadi
pembaca yang andal, mendapatkan banyak kosa kata, mengembangkan kemampan untuk
memahami dan menggunakan susunan kalimat mejemuk, mengembangkan gaya penulisan
yang bagus, dan menjadi pengeja yang hebat (walau bukan sempurna).
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah di bahas dalam bab sebelumnya
akhirnya penulis dapat menarik kesimpulan bahwa karangan adalah suatu karya
tulis dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya
melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Tiga jenis karangan yang
umum dijumpai dalam keseharian adalah prosa, puisi, dan drama.
Jadi kita ingin membuat suatu karangan
yang sistematis, logis, jelas, terstuktur, dan teratur maka sebelum pembuatan
karangan itu harus terlebih dulu kita membuat sebuah kerangka karangan agar
pada karangan tersebut menjadi terarah dan tidak keluar dari topik atau tema
yang dituju.
Membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan dan informasi,
yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Menulis adalah suatu bentuk berfikir, tetapi justru berfikir bagi membaca
tertentu dan bagi waktu tertentu.
DAFTAR
PUSTAKA
Kosasih,
E. 2007. Cerdas Berbahasa Indonesia Jilid
3 untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta:
Erlangga.
_______.
2008. Cerdas Berbahasa Indonesia Jilid 3 untuk
SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Leihana. 2008. Pandai Menulis Karangan. Bandung: PT.
Sinergi Pustaka Indonesia.
Mabroer,
Akhmad dan Maman Suryadi. 2007. Mari
Menulis. Bandung: PT. Pribumi Mekar.
diakses pada tanggal 18 Desember 2015
pukul 12.15 WIB.
http://mahniar21.blogspot.co.id/2015/02/prosa-non-fiksi-jenis-jenis-beserta.html
diakses pada tanggal 19 Desember 2015. Pukul 10.26 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar