Senin, 26 Desember 2016

MAKALAH BAHASA INDONESIA(BENTUK KARANGAN)







BAB I
BENTUK-BENTUK KARANGAN

Menurut Leihana (2008: 4) karangan, menurut bentuknya terbagi dalam tiga macam, yaitu prosa, puisi dan drama. Prosa adalah karangan yang disusun dalm bentuk bebas dan terperinci. Prosa terbagi menjadi fiksi dan prosa non fiksi. Prosa fiksi, yaitu karangan yang disusun berdasarkan imajinasi. Contohnya, novel dan cerpen. Prosa nonfiksi, yaitu karangan yang disusun berdasarkan kenyataan (fakta) yang sesungguhnya. Contohnya, laporan dan biografi. Puisi adalah karangan yang mengutamakan irama, rima dan kepadatan makna. Sedangkan drama adalah karangan yang berbentuk dialog-dialog.

1.      Karangan Prosa
Menurut Jurnal (dalam http://jurnalapapun.blogspot.co.id) Prosa adalah karangan bebas, maksudnya adalah menulis prosa tidak terikat oleh banyak baris, banyaknya suku kata, dalam setiap baris serta tak terikat oleh irama dan rimanya seperti dalam puisi. Prosa adalah hasil karya sastra yang bersifat paparan atau bentuk cerita.
Menurut Leihana (2008: 4-5) mengungkapkan bahwa karangan berbentuk prosa mempunyai beberapa jenis. Diantaranya prosa fiksi dan prosa nonfiksi. Prosa fiksi, yaitu karangan yang dibuat tidak berdasarkan kenyataan yang benar-benar terjadi atau berdasarkan khayalan penulisnya. Sedangakan prosa nonfiksi, disusun berdasarkan kenyataan yang benar-benar terjadi. Akan tetapi, keduanya digolongkan karya tulis.
Adapun karya tulis merupakan bentuk karangan yang mengungkapkan ide, pikiran dan perasaan penulisnya (pengarang) dalam satu kesatuan tema yang utuh karangan yang terbentuk dapat dibedakan menjadi:
·         Narasi merupakan bentuk wacana yang menyajikan objek atau peristiwa seolah-olah dialami sendiri pembaca.
·         Deskripsi merupakan bentuk wacana yang berusaha menggambarkan objek apa adanya sehingga pembaca seolah-olah melihat sendiri objek dan peristiwa di depan matanya sendiri.
·         Eksposisi merupakan bentuk wacana yang menguraikan suatu objek sehingga dapat memperluas wawasan, pengetahuan, dan pandangan pembacanya.
·         Argumentasi merupakan bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenran pendapat atau pandanagan penulisnya kepada pembaca, sehingga pembaca terpengaruh oleh tulisannya itu.
·         Persuasi merupakan bentuk wacana yang mengajak atau membujuk pembacanya.
Karya tulis yang digolongkan sebagai karya ilmiah merupakan karangan yang didasarkan pada kegiatan ilmiah. Yang dimaksud dengan kegiatan ilmiah seperti berupa penelitian laporan, percobaan laboratorium, atau bisa juga telaah buku. Sebuah tulisan karya tulis ilmiah apabila mengandung unsur-unsur berikut:
·            didasarkan pada fakta, bukan khayalan atau pendapat pribadi,
·            disajikan secara objektif atau apa adanya,
·            menggunakan bahasa yang lugas dan jelas, serta menghindari makna yang sifatnya konotatif atau ambigu (mempunyai makna ganda).
Langkah-langkah menulis karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut:
·         menentukan topik atau masalah yang akan dibahas,
·          menentukan tujuan pembahasan,
·         mengumpulkan bahan,
·         membuat kerangka  tulisan,
·         menyusun tulisan atau mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah tulisan yang utuh dan lengkap.
A.  Prosa Fiksi
            Prosa fiksi, yaitu karangan yang dibuat tidak berdasarkan kenyataan yang benar-benar terjadi atau berdasarkan khayalan penulisannya (Leihana, 2008: 4). Dalam dunia penulisan, cerita fiksi terbagi menjadi tiga jenis, yakni cerpen, novel, dan novelet (Mabroer, 2007: 50).
a.   Cerpen
Menurut Leihana (2008, 15) mengungkapkan bahwa:
Cerpen (cerita pendek) adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Cerpen merupakan penggalan peristiwa hidup seseorang, baik yang mengharukan, menyedihkan, menggembirakan, atau berupa pertikaian, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan.
Ketika menulis cerpen hendaknya memperhatikan alur, tokoh, latar, dan tema. Alur dalam cerpen tidak terlalu rumit dan mengandung arti sebagai rentetan cerita yang didasari sebab akibat. Tokoh yang dimunculkan hanya beberapa orang. Latar dilukiskan terbatas dan sebentar. Temanya hanya mengungkap permasalahan sederhana.
Ciri-ciri cerpen:
·   Ceritanya fiktif dan rekaan. Walaupun bukan cerita yang sebenarnya, isi ceritanya logis dengan kehidupan sebenarnya.
·   Pokok cerita berfokus pada satu aspek cerita yang menimbulkan efek dan kesan tunggal.
·   Mengungkapkan masalah yang terbatas pada hal-hal penting saja.
·   Meyajikan peristiwa yang cermat dan jelas.
b.   Novel
Menurut Kosasih (2007: 83-84) mengemukakan bahwa:
Novel  berasal dari bahasa Italia novella  yang berarti “sebuah barang baru yang kecil”. Kemudian, kata itu diartikan sebagai sebuah karya sastra dalam bentuk prosa. Novel adalah karya imajinatif yang  mengisahkan sisi utuh permasalahan kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Kisah novel berawal dari kemunculan suatu persoalan yang dialami tokoh hingga tahap penyelesaian.
Struktur intrinsik novel adalah sebagai berikut:
a.       Tema
Tema  merupakan inti atau pokok persoalan yang menjadi dasar pengembangan cerita. Teme menyangkut segala persoalan, baik masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya.
b.      Alur
Alur (plot) merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat.
c.       Latar  
Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan suasana yang digunakan dalam cerita. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas jalannya cerita.
d.      Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
e.       Point of  view atau Sudut Pandang
Point of  view  adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam:
1)      Berperan langsung sebagai orang pertama, atau sebagi tokoh yang terlihat dalam cerita yang bersangkutan.
2)      Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat (diluar cerita).
f.       Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Amanat rapi dan disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita. Oleh karena itu, untuk menemukannya, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf saja, melainkan harus menghabiskannya sampai tuntas.
g.      Gaya Bahasa
Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif, serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesame tokoh. Kemampuan sang penulis mempergunakan bahasa secara cermat dapat menjelmakan suatu suasana yang berterus-terang atau satiris, simpatik atau menjengkelkan, dan objektif atau emosional. Bahasa dapat menimbulka suasana yang tepat guna bagi adegan yang seram, adegan cinta, peperangan, dan sebagainya.
Menurut Leihana (2008: 17) selain unsur intrisik, dalam novel dikenal pula unsur ekstrinsik, yaitu unsur-unsur luar yang berpengaruh terhadap penciptaan suatu bentuk novel. Unsur-unsur ekstrinsik tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Latar belakang pengarang, yang mempengaruhi karya sastranya.
b.      Keadaan sosial budaya ketika sastra itu diciptakan.
c.  Novelet
Menurut Mabroer (2007: 57) Berbeda dengan cerpen dan novel, novelet (novella atau novelet) berada di posisi tengah-tengah di antara novel dan cerpen. Meskipun demikian, tidaklah jelas panjang dan elemen cerita yang ada dalam novelet ketika dibandingkan dengan kedua genre fiksi sebelumnya. Novelet biasanya berkisar 10.000 sampai 50.000 kata. Novelet memberikan ruang yang cukup bagi penulis untuk mengemukakan yang ingin ia sampaikan dan menyajikannya dengan ruang yang dramatisasi yang cukup. Panjang maksimalnya yang 50.000 kata itu paling tidak telah memeberikan sugesti kepada penulis untuk jujur saja pada kemampuannya. Artinya, penulis tidak akan tergoda menulis secara bertele-tele demi menghasilkan karangan sepanjang novel.
B.        Prosa Nonfiksi
Prosa nonfiksi, yaitu karangan yang disusun berdasarkan kenyataan (fakta) yang sesungguhnya (Leihana, 2008: 4).  Prosa Non Fiksi ialah karangan yang tidak berdasarkan rekaan atau khayalan  pengarang tetapi berisi hal-hal yang berupa informasi faktual (kenyataan) atau berdasarkan pengamatan pengarang.  Prosa nonfiksi disebut juga karangan semi ilmiah seperti : teks berita, biografi, dan laporan kegiatan (http://mahniar21.blogspot.co.id).
Menurut Leihana (2008, 40-42) mengungkapkan bahwa:
1.      Teks Berita
Berita adalah keterangan atau kabar tentang kejadian atau peristiwa yang menarik, luar biasa, dan terkini. Tidak semua kejadian atau peristiwa layak dijadikan berita. Peristiwa yang masih terjadi di lapangan dan belum dilaporkan tidak bisa dikatakan sebagai berita. Sebuah teks berita yang hendaknya memuat tentang apa, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana, peristiwa dalam berita itu terjadi.
2.      Biografi
Biografi merupakan bentuk karya sastra yang berupa buku tentang uraian riwayat hidup seorang tokoh. Misalnya, biografi Soekarno, biografi Habiebie atau biografi tokoh-tokoh lainnya seperti artis legendaries, atlet, dll. Isi tentang ulasan biografi seseorang biasanya mengemukakan:
·   judul biografi,
·   hal menarik dan mengesankan dari perjalanan hidup tokoh,
·   hal yang mengagumkan dan mengharukan dari kehidupan tokoh,
·   hal yang dapat dicontoh dari tokoh untuk kehidupan sehari-hari,
·   sikap, gagasan, dan tindakan yang disukai tokoh.
3.         Laporan Kegiatan
Dalam pengertian umum, laporan bermakna sebagai sesuatu dilaporkan, atau nama lainnya adalah berita. Laporan dapat diartikan pula sebagai jenis dokumen yang berisikan papaparan peristiwa atau kegiatan yang telah dilakukan oleh seseorang atas dasar tanggung jawab yang dibebankan itu.
Ciri-ciri laporan yang baik adalah:
·         Ditulis dalam bahasa yang baik dan jelas serta tidak menimbulkan salah pengertian bagi pembacanya.
·         Disertakan fakta-fakta yang akurat dan meyakinkan.
·         Disajikan dengan lengkap.
·         Menarik dan enak dibaca.
Berdasarkan jenisnya, jenis laporan terdiri dari laporan buku, laporan diskusi, laporan perjalanan, dan laporan peristiwa.
Laporan  buku merupakan bentuk penyajian kemampuan seseorang dalam membaca dan memahami sebuah buku. Laporan buku sering kali disebut sebagai resensi atau tinjauan buku. Hal-hal yang dilakukan meliputi:
·   Sistematika dan format penyajian buku.
·   Penggunaan bahasa.
·   Konsep, teori, pendapat.
·   Manfaat buku bagi pembaca.
Laporan diskusi merupakan bagian dari kegiatan berdiskusi setelah melakukan diskusi, biasanya notula diskusi diharuskan melaporkan hasil diskusi dalam bentuk laporan diskusi. Hal yang dilaporkan meliputi:
·   Judul diskusi.
·   Latar belakang, tujuan dan tema diskusi.
·   Waktu dan tempat diskusi.
·   Pelaku diskusi.
·   Hasil diskusi.
·   Kesimpulan diskusi.
Laporan perjalanan adalah salah satu jenis laporan yang mengungkapkan  kegiatan perjalanan, misaalnya perjalanan dinas, perjalanan wisata, ekspedisi, dan lain-lain. Laporan perjalanan diungkapkan dengan bahasa yang baik dan jelas mengungkapkan fakta, menarik untuk dibaca, dan hendaknya juga memuat tentang maksud dan tujuan perjalanan, waktu dan tempat, kegiatan yang dilakukan selama perjalanan, serta hasil dan kesimpulan perjalanan.
2.         Puisi
Menurut Kosasih (2008: 17-18) mengemukakan bahwa:
Berdasarkan periode perkembangannya, puisi Indonesia dikelompokkan ke dalam puisi lama dan puisi baru. Puis-puisi yang mungkin pernah Anda temukan di surat kabar atau majalah tergolong ke dalam puisi baru atau puisi modern. Hal tersebut tampak dari bentuknya yang tidak terikat oleh ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam puisi lama.
Puisi lama terikat oleh berbagai ketentuan, seperti banyaknya larik setiap bait, banyaknya suku kata dalam setiap larik, ataupun pola rimanya. Ketentuan-ketentuan tersebut berbeda antara jenis puisi lama yang satu dengan puisi lama lainnya. Misalnya, antara pantun dengan syair. Keduanya merupakan puisi lama yang memiliki karakteristik berbeda.
Ketentuan-Ketentuan Pantun dan Syair
a.       Pantun
            Pantun merupakan puisi yang memiliki ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1)      Terdiri atas empat baris.
2)      Setiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata.
3)      Dua baris pertama merupakan sampiran dan dua baris berikutnya merupakan isi pantun.
4)      Pantun mementingkan rima akhir dengan pola a-b-a-b. Bunyi akhir pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat.
Contoh:
Buah kecapi buahnya pahit
Buah papaya penyan airnya
Biar ilmu setinggi langit
Kalau tak sembahyang apa gunanya
3.      Naskah Drama
Menurut Leihana (2008: 26) drama adalah karya sastra dalam bentuk naskah yang dapat diapaparkan dengan perbuatan, tingkah laku, mimik (gerak-gerik muka, tutur kata dan isyarat). Karena drama merupakan gabungan seni sastra dan seni pentas. Naskah drama sebagian besar adalah kalimat langsung, yang dilengkapi dengan penjelasan tentang sikap, gerak, latar, dan cara pengungkapan yang diakukan pelaku. Naskah drama biasa dibutuhkan untuk kepentingan pentas drama teater sampai naskah skenario untuk perfilman, dan kebutuhan hiburan lainnya.
Menuurut Kosasih (2007: 133-136) unsur-unsur intrinsik drama:
1.      Alur
Alur merupakan rangkaian peristiwa dan konflik yang menggerakan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan akhirnya penyelesaian. Jenis-jenis alur adalah sebagai berikut:
a.      Alur maju: penceritaan rangkaian peristiwa dari peristiwa paling awal sampai peristiwa terakhir.
b.      Alur mundur: penceritaan rangkaian peristiwa dari peristiwa paling akhir kemudian berbalik ke perisyiwa yang paling awal.
c.       Alur campuran: perpaduan antara alur maju dan alur mundur di dalam suatu cerita.
Sebuah cerita drama bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu bagian tengah, dan akhirnya menuju suatu akhir. Dalam drama, bagian-bagian ini dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi (denouement).
a.       Eksposisi dalam cerita berfungsi menentukan aksi dalam waktu dan tempa; memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi cerita, mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita, dan adakalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita tersebut.
b.      Komplikasi atau bagian tengah cerita berfungsi mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dirinya dan tujuannya. Dia mengalami kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menanggulangi rintangan-rintangan ini. Pengarang dapat mempergunakan teknik flash-back atau sorot balik untuk memperkenalkan penonton dengan masa lalu sang pahkawan, menjelaskan suatu situasi, atau untuk memberikan motivasi atas aksi-aksinya.
c.       Resolusi atau denouement hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi disebut klimaks (turning point). Dalam klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh. Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita bergantung pada sesuai-tidaknya perubahan itu dengan yang mereka harapkan.
Konflik dapat ditemukan dalam dialog-dialog para tokohnya. Denagn memahami maksud dan tindak tutur dari tokoh-tokoh itulah, anda dapat mengetahui bentuk dan intenitas konflik yang terdapat dalam setiap adegan drama tersebut.
2.      Penokohan
Penokohan adalah penggambaran watak tertentu dari setiap tokoh. Adapun yang dimaksud tokoh adalah orang-orang yang berperan dalam suatu drama. Berdasrkan perannya terhadap jalan cerita, tokoh dibedakan atas tiga macam:
a.       Tokoh protagonis: tokoh yang mengandung cerita. Dalam drama, biasanya ada satu atau dua figure tokoh yang berperan sebagai tokoh utama. Tokoh tersebut paling banyak muncul dalam berbagi adegan dengan karakter yang pada umumnya baik. Oleh karena itu, tokoh protagonis sering pula disebut tokoh baik.
b.      Tokoh antagomis: tokoh penentang cerita atau penggangu bagi tokoh protagonis. Tokoh ini pun banayak muncul dalam berbagai adegan dengan karakter yang pada umumnya jahat. Oleh karena itu, tokoh protagonis sering pula disebut sebagai tokoh jahat.
c.       Tokoh tritagonis:  tokoh pembantu, baik bagi tokoh protagonis maupun tokoh antagonis. Tokoh tritagonis disebut tokoh figuran.
3.      Latar
Latar adalah keterangan mengenai tempat, ruang, waktu, dan suasana cerita dalam drama.
a.       Latar tempat: misalnya penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama, di medan perang, di meja makan, dan sebagainya.
b.      Latar waktu: penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama, misalnya pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945, dan sebaginya.
c.       Latar suasana/ budaya: penggambaran suasana atau budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa, misalnya dalam budaya masyarakat betawi, melayu, dan sebagainya.
4.      Tema
            Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi drama. Tema dalam drama menyangkut segala persoalan, baik berupa masalh kemanusiaan kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema drama Anda perlu mengapresiasi menyeluruh berbagai unsur di dalam dramanya. Tema jarang dinyatakan secara tersurat. Untuk dapat merumuskan tema,  Anda juga harus memahami drama itu secara keseluruhan.









BAB II
PROSES PENULISAN

1.             Menulis Karangan Prosa Fiksi
Menurut Leihana (2008: 6-10) mengungkapkan bahwa:
Saat menulis cerita, hal-hal yang harus dilakukan adalah mencari tahu berapa banyak yang perlu diketahui bahan baku untuk berita yang akan dibuat. Jika kita bersungguh-sungguh tertib dalam menceritakan berbagai kejadian dengan benar-benar berdasrkan ingatan, penelitian, tanpa berkeinginan mereka-reka sesuatu, atau bahkan tidak ingin melebih-lebihkan dan memperindah, atau memelintir perinciannya, maka tulisan yang akan dibuat adalah karangan nonfiksi.
Jika sebaliknya, karangan yang dibuat mengubah berbagai macam hal, membesar-besarkan dan mempercantiknya, bahkan memperkenalkan berbagai tokoh, tempat kejadian yang tidak ada hubungannya dengan bahan awal cerita. Dalam hal ini tulisan yang dibuat adalah karangan fiksi. Karangan fiksi dimulai dengan sesuatu yang nyata, tetapi untuk tujuan tertentu mengubah paling sedikit satu unsur penting dalam cerita.
2.         Menulis Karangan Prosa Non Fiksi
Beberapa langkah mudah untuk menulis non fikisi, mulai dari ide sampai menghasilkan tulisan dalam waktu singkat. Baik itu untuk menulis artikel di majalah, koran, atau mungkin menulis nonfiksi. Artikel yang bisa ditulis juga bermcam-macam, seperti resensi, artikel perjalanan, feature khusus, sampai berbagai tips-tips praktis. Namun tidak semua orang terbiasa menulis non fiksi. Di bawah ini adalah beberapa langkah mudah untuk menulis non fiksi, mulai dari ide sampai mengahsilkan tulisan dalam waktu singkat.
1.      Temukan ide
Pertaama-tama kita harus menemukan topik apa yang ingin kita tulis. Dengan menentukan topik tertentu, berarti kita sudah mengetahui apa saja yang ingin kita sampaikan.
2.      Lakukan riset
Setelah mendapatkan ide, saatnya kita mencari bhan-bahan tulisan yang berkaitan dengan ide tersebut. Kita bisa mendapatkan materi tulisan dari catatan pengalaman riset yang kita lakukan sendiri, referensi dari buku, majalah atau koran, atau dari internet.
3.      Lakukan brainstorming
Setelah bahan atau materi referensi dirasa cukup, saatnya kita mengambil sehelai kertas atau langsung mengetik di komputer ide apa saja yang ingin kita tulis. Tuliskan semua ide yang muncul di kepala. Tidak perlu mengurutkan. Ide yang kita tulis berupa kata kunci, frasa, fakta, atau pertanyaan penting tentang topik tersebut.
4.      Kelompokkan ide-ide tersebut
Setelah semua ide tersebut ditulis, kita dapat membaca ulang dan menyeleksi mana yang akan dipertahankan, dibuang atau direvisi. Setelah itu kelompokkan ide yang berkaitan dalam satu kelompok. Setiap kelompok merefleksikan satu pokok pikiran yang akan kita tulis. Biasanya satu pokok pikiran ini akan menjadi satu bab bila kita menulis dalm bentuk buku. Kita juga dapat memberi nama khusus untuk masing-masing pokok pikiran, yang akan menjadi judul bab.
5.      Urutkan pokok-pokok pikiran tersebut
Setelah kita mengelompokkan, urutkan semua pokok pikiran. Tentukan mana yang menjadi bagian pembuka, isi dan penutup. Di sini, seakan kita membuat “daftar isi” dari naskah yang akan kita tulis.
6.      Cek kembali pokok pikiran tersebut
Baca kembali urutan pokok pikiran tersebut. Urutkan dan tambahkan keterangan tambahan untuk detail bila diperlukan. Bila pokok pikiran memerlukan data tambahan, lakukan riset lagi seperlunya.
7.      Langkah terakhir, mulailah menulis
Berdasrkan catatan pokok pikiran tersebut, mulailah menulis. Buat transisi yang baik dari pokok pikiran yang satu ke pokok pikiran yang lain beberapa langkah mudah untuk menulis karya non fiksi. Langkah ini bisa diterapkan untuk karya non fiksi apapun, termasuk karya ilmiah dan skripsi.
Menyusun Kerangka Karangan
Untuk membuat sebuah karangan baik fiksi maupun non fiksi agar lebih mudah terlebih dahulu sebelum membuat karangan, buatlah kerangka karangan. Sebagaimana seorang arsitek bangunan, sebelum bangunan itu dibuat terlebih dahulu arsitek akan membuat rancangan kerangka bangunannya. Adapun kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis besar poko-pokok pikiran tulisan secara lengkap.
Dibuatnya sebuah kerangka karangan untuk mempermudah membuat tulisan karena kerangka karangan memunyai fungsi yaitu:
·         Untuk  menuliskan hal-hal yang dipikirkan oleh penulis; mencakup tema, pokok-pokok pikiran utama yang akan dibuat dalam setiap paragraf dan judul karangan sendiri.
·         Agar urutan hal atau masalah yang akan ditulis runtut seseuai dengan alur karangan. Sehingga karangan tidak melebar pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan karangan.


BAB III
HUBUNGAN MEMBACA DAN MENULIS

Menulis  Karangan Itu  Tidak Sulit
Menurut Leihana (2008: 1-3) mengemukakan bahwa:
Menulis merupakan salah satu aktivitas yang terkait dalam penggunaan bahasa Indonesia, menulis sebuah karangan atau untuk kepentingan lainnya seringkali dianggap sulit. Hal itu tidak lain karena menulis membutuhkan konsentrasi dan juga terkadang imajinasi, untuk menuangkan sebuah ide atau pesan dalam bentuk tulisan. Jangankan untuk menulis karangan cerita berlembar-lembar banyaknya, untuk menulis sebuah surat banyak yang mengalami kesulitan. Tidak sedikit pelajaran menulis karangan menjadi tugas yang ditakuti oleh mahasiswa. Pada saat guru memberi tugas menulis karangan, pada umumnya mahasiswa lebih banyak bengong daripada menuliskan kalimat-kalimat padaa buku catatan.
Sebenarnya menulis karangan tidaklah sulit, ada juga yang merasa mudah dan senang mengerjakan tugas menulis karangan. Apa yang menyebabkan menulis karangan terasa mudah bahkan menyenangkan? Ternyata jawabannya sangat sederhana, yaitu tingginya minat baca. Dengan minat baca yang tinggi, maka akan terbiasa melihat rangkaian kalimat, dan rangkaian kalimat yang membentuk sebuah cerita. Ketika harus menulis karangan, dengan mudah merangkaikan kalimat karena sudah terbiasa dengan rangkaian kata dalam kalimat.
Rendahnya membaca menjadi salah satu faktor yang membuat menulis karangan menjadi semakin sulit. Padahal, pada saat ini menulis karangan sudah menjadi kebutuhan. Aktivitas komunikasi saat ini pun melibatkan pekerjaan menulis karangan, misalnya menulis surat, pesan singkat, telegram, dan lain lain. Bagi mahasiswa pun kemampuan menulis menjadi salah satu kemampuan yang membantu setiap mata pelajaran.

Membaca Saudara Kembar Menulis
Sering kali dalam menulis banyak orang kehabisan kata-kata, saat akan menuliskan atau mengungkapkan sesuatu. Padahal ketika hendak menuangkan ide ke dalam tulisan, kita sudah memiliki pokok-pokok pikiran yang siap kita kembangkan, namun kita sudah kehabisan kata. Itulah pentingnya banyak memperkaya kata dengan banyak membaca, oleh karena itu tidak salah jika katakan membaca adalah saudara kembar menulis.
Bagaimana memperkaya diri kita dengan sebanyak-banyaknya kata? Bagaimana membuat diri kita bagaikan gudang atau kamus kata-kata? Bagaimana membuat diri kita dapat ringan mengalirkan kata-kata yang dapat diwujudkan  dalam bentuk tertulis? Lewat penelitian dan rujukan yang sangat kaya Dr. Krashen akan menunjukkan kepada kita hubungan  penting antara membaca dan menulis.
Dr. Krashen meraih gelar doktor dibidang linguistik pada 1972 di University of California Los Angeles (UCLA). Mengawali bukunya dengan pernyataan “Benarkan Anda Krisis Melek Huruf?” Pertanyaan ini padahal ditujukan kepada masyarakat Amerika yang maju. Selain ungkapan tersebut Dr. Krashen juga menyajikan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
“Menurut hemat saya, penyembuhan dari krisis kemampuan baca-tulis ini terletak pada melakukan suatu kegiatan, kegiatan yang jarang dilakukan dalam kehidupan banyak orang, yaitu membaca, khususnya saya merasakan membaca buku dalam jenis tertentu yaitu membaca bebas dan sengaja disingkat MBS atau free Voluntary Reading (FVR). MBS berarti anda menjalankan kegiatan membaca karena anda menginginkannya.”
Setelah menguaraikan gagasan pokoknya  kemudian menjelaskan tentang manfaat membaca dalam menulis dan hal-hal yang mengelilinginya. Salah satunya bahwa gaya tulisan didapatkan dari membaca. Secara sederhana apabila kita membaca untuk kesenangan, kita memperoleh secara tidak sengaja, tanpa usaha yang dilakukan dengan sadar, maka kita akan menjadi pembaca yang andal, mendapatkan banyak kosa kata, mengembangkan kemampan untuk memahami dan menggunakan susunan kalimat mejemuk, mengembangkan gaya penulisan yang bagus, dan menjadi pengeja yang hebat (walau bukan sempurna).


















BAB IV
KESIMPULAN

Setelah di bahas dalam bab sebelumnya akhirnya penulis dapat menarik kesimpulan bahwa karangan adalah suatu karya tulis dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Tiga jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah prosa, puisi, dan drama.
Jadi kita ingin membuat suatu karangan yang sistematis, logis, jelas, terstuktur, dan teratur maka sebelum pembuatan karangan itu harus terlebih dulu kita membuat sebuah kerangka karangan agar pada karangan tersebut menjadi terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan dan informasi, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Menulis adalah suatu bentuk berfikir, tetapi justru berfikir bagi membaca tertentu dan bagi waktu tertentu.






















DAFTAR PUSTAKA

Kosasih, E. 2007. Cerdas Berbahasa Indonesia Jilid 3 untuk SMA/MA Kelas XII.  Jakarta: Erlangga.
_______. 2008. Cerdas Berbahasa Indonesia Jilid 3 untuk SMA/MA Kelas XII.  Jakarta: Erlangga.
Leihana. 2008. Pandai Menulis Karangan. Bandung: PT. Sinergi Pustaka Indonesia.
Mabroer, Akhmad dan Maman Suryadi. 2007. Mari Menulis. Bandung: PT. Pribumi Mekar.
diakses pada tanggal 18 Desember 2015 pukul 12.15 WIB.
http://mahniar21.blogspot.co.id/2015/02/prosa-non-fiksi-jenis-jenis-beserta.html diakses pada tanggal 19 Desember 2015. Pukul 10.26 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar